Selasa, 19 Februari 2013

Metode Penentu Harga Pokok Produksi


Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.
  1. Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Menurut LM Samryn, full costing adalah :
“Full costing adalah metode penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa memperhatikan perilakunya.”14)
Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan, oleh karena itu sistematikanya harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut.
  1. Variabel Costing
Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah biaya produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya-biaya produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodik bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.
Menurut Mas’ud Machfoed variabel costing adalah “ Suatu metode penentuan harga pokok dimana biaya produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.”15)
Pendekatan variabel costing di kenal sebagai contribution approach merupakan suatu format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan out put yang diperlakukan sebagai elemen harga pokok produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu tidak harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Perbedaan Full Costing dan Variabel Costing
Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dalam metode full costing dimasukkan unsur biaya produksi karena masih berhubungan dengan pembuatan produk berdasar tarif (budget), sehingga apabila produksi sesungguhnya berbeda dengan budgetnya maka akan timbul kekurangan atau kelebihan pembebanan. Tetapi pada variabel costing memperlakukan biaya produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi lebih tepat dimasukkan sebagai biaya periodik, yaitu dengan membebankan seluruhnya ke periode dimana biaya tersebut dikeluarkan sehingga dalam variabel costing tidak terdapat pembebanan lebih atau kurang.
Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang sifatnya tetap maupun variabel. Sedangkan unsur biaya dalam metode variabel costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang sifatnya variabel saja dan tidak termasuk biaya overhead pabrik tetap.
Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu :
  1. Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan laba rugi didasarkan pendekatan “fungsi”. Sehingga apa yang disebut sebagai biaya produksi adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik langsung maupun tidak langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variabel costing, menggunakan pendekatan “tingkah laku”, artinya perhitungan harga pokok dan penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi dibebani biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi.
  2. Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang tidak berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi. Dalam metode variabel costing, yang dimaksud dengan biaya periode adalah biaya yang setiap periode harus tetap dikeluarkan atau dibebankan tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan. Dengan kata lain biaya periode adalah biaya tetap, baik produksi maupun operasi.
  3. Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan dalam variabel costing biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik. Oleh karena itu saat produk atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih melekat pada persediaan produk atau jasa. Sedangkan dalam variabel costing, biaya tersebut langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
  4. Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa pembebanan overhead pabrik berlebihan (over-applied factory overhead). Menurut metode full costing, selisih tersebut dapat diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok yang belum laku dijual (harga pokok persediaan).
  5. Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah laba kotor (gross profit), yaitu kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan.
  6. Dalam variabel costing, menggunakan istilah marjin kontribusi (contribution margin), yaitu kelebihan penjualan dari biaya-biaya variabel.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba rugi dalam metode full costing dengan metode variable costing adalah :
  1. Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya overhead pabrik tetap pada periode berjalan ke periode berikutnya bila tidak semua produk pada periode yang sama.
  2. Dalam metode variable costing seluruh biaya tetap overhead pabrik telah diperlakukan sebagai beban pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat bagian biaya overhead pada tahun berjalan yang dibebankan kepada tahun berikutnya.
  3. Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibanding metode full costing. Alasannya adalah dalam variable costing hanya biaya produksi variabel yang dapat diperhitungkan sebagai biaya produksi.
  4. Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya variabel, sehingga tidak cukup memadai untuk analisis hubungan biaya volume dan laba (CVP) dalam rangka perencanaan dan pengendalian.
Dalam praktiknya, variable costing tidak dapat digunakan secara eksternal untuk kepentingan pelaporan keuangan kepada masyarakat umum atau tujuan perpajakan.

14) LM Samryn, Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, halaman 63.
15) Mas’ud Mahfoedz, Akuntansi Manajemen, Buku Satu, Edisi IV, Cetakan Ketiga, BPFE -Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1993, halaman 230.

Biaya Overhead Pabrik

Biaya Overhead Pabrik

a. Arti Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. 

b. Jenis-jenis Biaya Overhead Pabrik 
Yang termasuk biaya overhead pabrik adalah:
1. Biaya bahan penolong
Adalah biaya bahan yang digunakan untuk membantu penyelesaian suatu produk yang jumlahnya relative kecil. Misalnya lem dalam perusahaan percetakan, pernis dan paku dalam perusahaan mebel.
2. Biaya tenaga kerja tak langsung
Adalah upah yang dibayarkan kepada karyawan pabrik secara ini antara lain upah pisik tidak berhubungan dengan proses pembuatan produk. Termasuk dalam kelompok ini antara lain upah mandor, gaji manager produksi, gaji pegawai administrasi pabrik.
3. Biaya penyusutan aktiva tetap pabrik
Adalah biaya penyusutan atas aktiva tetap yang dipergunakan di pabrik untuk penyelesaian produk baik secara lansung maupun tidak langsung, misalnya biaya penyusutan gedung pabrik, mesin-mesin, kendaraan pabrik
4. Biaya reperasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan dan perawatan mesin, gedung pabrik dan peralatan pabrik lainnya.
5. Biaya asuransi
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk menmbagi resiko yang terjadi dalam proses produksi, biaya asuransi gedung pabrik, biaya asuransi karyawan pabrik. 
6. Biaya-biaya yang timbul karena penggunaan jasa pihak lain
Adalah biaya-biaya yang timbul karena penggunaan jasa pihak lain guna penyelesaian dan kelancaran proses produksi, misalnya biaya listrik dan air untuk keperluan pabrik.
7. Biaya-biaya yang terjadi di departemen pembantu
Dalam perusahaan yang memiliki departemen pembantu, misalnya departemen bengkel atau pembangkit tenaga listrik, maka semua biaya yang terjadi di departemen pembantu tersebut diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik.

c. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
BOP dapat digolongkan sebagai berikut:
A. Ditinjau dari hubungannya dengan perubahan volume kegiatan
1) BOP tetap (Fixed factory overhead cost)
Adalah BOP yang sampai tingkat tertentu jumlahnya konstan, tidak terpengaruh oleh adanya perubahan tingkat produksi.
Contoh: Biaya penyusutan gedung pabrik,PBB pabrik, amortisasi patent dan lain-
lain. 
2) BOP variable (Variabel factory overhead cost)
Adalah BOP yang jumlahnya terpengaruh dengan perubahan tingkat produksi volume kegiatan dimana perubahannya sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 
Contoh : biaya listrik, uang lembur, biaya bahan bakar, biayaperlengkapan pabrik.
3) BOP semi variable 
Adalah BOP yang mengandung unsur tetap dan variable. Jumlahnya terpengaruh oleh perubahan tingkat produksi, tetapi perubahannya tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Termasuk dalam kelompok ini antara lain:
PPh karyawan yang ditanggung perusahaan, biaya pemeliharaan mesin, biaya pemeriksaan.

B. Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik
1) BOP langsung departemen
Adalah BOP yang terjadi dalam suatu departemen dan menjadi beban departemen itu. Misalnya BOP departemen perakitan merupakan BOP langsung departemen perakitan.

2) BOP tak langsung departemen
Adalah BOP yang didistribusikan kepada departemen-departemen yang ada dalam pabrik sehingga menjadi beban departemen-departemen itu. Misalnya biaya penyusutan gedung pabrik yang didistribusikan kepada departemen produksi merupakan BOP tak langsung bagi departemen produksi.

III. Metode Pembelajaran:
a. Metode Ceramah
b. Metode Tanya Jawab
c. Metode Pemberian Tugas 

IV. Langkah – langkah Pembelajaran:
a. Kegiatan Awal : Memotivasi siswa agar berminat terhadap materi yang akan disampaikan.
b. Kegiatan Inti : Menyampaikan materi pengelolaan Biaya Overhead Pabrik
c. Kegiatan Akhir : Memberi tugas kepada siswa.

V. Sumber Belajar :
- Akuntansi Biaya, Mulyadi 
- Modul Mengelola . Biaya Overhead Pabrik 
- Buku – buku Akuntansi yang Relevan.

VI. Penilaian
a.- Tehnik : Tes Tertulis 
- Instrumen : Uraian 
- Soal Instrumen :

1. Apa yang dimaksud dengan biaya overhead pabrik (BOP)?
2. Tuliskan 7 jenis BOP!
3. Sebutkan pengolongan BOP ditinjau dari hubungannya dengan perubahan volume kegiatan!
4. Sebutkan pengolongan BOP ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang 
ada dalam pabrik!

5. Tentukan biaya-biaya dibawah ini yang termasuk biaya variable:
a)Biaya listrik pabrik
b)Biaya bahan penolong
c)Biaya bahan bakar
d)Amortisasi paten
e)Biaya reperasi dan pemeliharaan mesin
f)Biaya asuransi pabrik
g)Uang lembur
h)Biaya penyusutan mesin-mesin
i) Biaya sewa pabrik
j) Biaya pengawasanc. Kunci Jawaban:
1. Arti Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. 

2. Jenis-jenis BOP:
1.Biaya bahan penolong
2.Biaya tenaga kerja tak langsung
3.Biaya penyusutan aktiva tetap pabrik
4. Biaya reperasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik
5. Biaya asuransi
6. Biaya-biaya yang timbul karena penggunaan jasa pihak lain
7. Biaya-biaya yang terjadi di departemen pembantu

3. Ditinjau dari hubungannya dengan perubahan volume kegiatan
a)BOP tetap (Fixed factory overhead cost)
b)BOP variable (Variabel factory overhead cost)
c)BOP semi variable 

4. Ditinjau dari hubungannya dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik
a)BOP langsung departemen
b)BOP tak langsung departemen

5. Tentukan biaya-biaya dibawah ini yang termasuk biaya variable:
a)Biaya listrik pabrik
b)Biaya bahan penolong
c)Biaya bahan bakar
d)Biaya reperasi dan pemeliharaan mesin
e)Uang lembur

d. Perhitungan nilai
No 1 = 5
No 2 = 10
No 3 = 10
No 4 = 5
No 5 = 10
Jumlah skor = 40

Perolehan Skor
Nilai Akhir = x 100
Jumlah Skor

Rantauprapat, 6 Juli 2007

Mengetahui/Menyetujui
Ka. SMK N.1 Rantau Utara Guru Prog. Diklat


Drs. I S K A N D A R Dra. A S N I D A W A T I
NIP. 131887957 NIP. 132125899

Klasifikasi Biaya


Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: different cost for different purpose.

Dalam buku Akuntansi Biaya, biaya dapat digolongkan menurut:
1. Objek pengeluaran.
2.   Fungsi pokok dalam perusahaan.
3.   Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
4.   Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
5.   Jangka waktu manfaatnya”.
(Mulyadi, 2000, 14)


Sedangkan dalam buku Akuntansi Biaya Dilengkapi dengan Isu-Isu Kontemporer biaya diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Objek pengeluaran
2.   Fungsi pokok perusahaan
3.   Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
4.   Hubungan biaya dengan volume kegiatan.
5.   Atas dasar waktu”.
(Sulastiningsih dan Zulkifli, 2000, 82)

Uraian dari masing-masing penggolongan biaya menurut Mulyadi adalah sebagai berikut:
1.      Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran.
Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”. Contoh penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran dalam Perusahaan Kertas adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga dan biaya zat warna.
2.      Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok Perusahaan.
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
a.       Biaya produksi. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi (convertion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi.
b.      Biaya pemasaran. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan; biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli; gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran; biaya contoh (sample).
c.       Biaya administrasi dan umum. Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan Bagian Keuangan, Akuntansi, Personalia dan Bagian Hubungan Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya foto copy.
3.      Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai.
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dikelompokkan menjadi dua golongan:
a.       Biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct departmental cost) adalah semua yang terjadi di dalam departemen tertentu.
b.      Biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungnnya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu departemen.
4.      Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan.
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi:
a.       Biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
b.      Biaya semivariabel. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel.
c.       Biaya semifixed. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah konstan pada volume produksi tertentu.
d.      Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh dari biaya tetap adalah biaya gaji.
  
5.      Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangaka Waktu Manfaatnya.
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:
a.       Pengeluaran modal (capital expenditures). Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau deplesi.
b.      Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures). Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut.
 Penggolongan biaya diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Penggolongan biaya ini didasarkan pada hubungan biaya dengan: objek pengeluaran; fungsi pokok perusahaan yaitu biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya administrasi & umum: sesuatu yang dibiayai yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung; volume kegiatan yaitu biaya variabel, biaya semivariabel, biaya semifixed, dan biaya tetap; dan jangka watu manfaatnya yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: different cost for different purpose.